Rabu, 28 Mei 2014

Kesehatan Mental (Tugas ke-3) - Konsep Penyesuaian Diri yang Sehat


A.    Pengertian Penyesuaian Diri

            Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya adalah tidak dapat hidup sendiri atau membutuhkan orang lain. Maka dari itu setiap manusia pasti akan melakukan interaksi dengan sesama maupun dengan lingkungannya agar dapat diterima. Sebelum interaksi itu terjadi terlebih dahulu manusia akan melakukan adaptasi atau penyesuaian diri. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam istilah Biologi) disebut dengan istilah adjustment. Davidoff (Mujiono, 2010: 47), adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri.

            Menurut Schneiders (dalam Yusuf, 2008) merupakan suatu proses  yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan lingkungan. Schneiders mengemukakan (dalam Yusuf, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu keadaan fisik (physical conditions); perkembangan dan kematangan (development and maturation); kondisi psikologis (psychological determinants) yang meliputi pengalaman, pendidikan, konsep diri; keadaan lingkungan (environmental conditions) meliputi sekolah, rumah, dan keluarga; dan tingkat religiusitas dan kebudayaan (cultural and religion).

            Menurut Woodworth (Soetarno,1994) pada dasarnya manusia senantiasa berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menyesuaikan diri disini ada dua macam :
1. Secara autoplastic.
Yaitu mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungannya. Penyesuaian ini bersifat pasif karena aktivitas atau kegiatan yang dilakukan ditentukan oleh lingkungan.
2. Secara alloplastic.
Yaitu mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Penyesuaian ini bersifat aktif karena aktivitas individu mempengaruhi lingkungannya.
Menurut Callhoun dan Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu.

Menurut Hurlock (1997) penyesuaian diri diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya.

Menurut Davidoff (1991) penyesuaian diri atau adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam. (http://www.e-psikologi.com). Kartono (1981) juga berpendapat bahwa penyesuaian diri merupakan usaha untuk mencapai satu integrasi dan keseimbangan atau equilibrium batin.

Dari serangkaian pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri individu sehingga tercapai kesesuaian antara diri individu dengan lingkungan fisik dan psikis demi memenuhi kebutuhan diri dengan baik dan merupakan kemampuan individu untuk berinteraksi dengan situasi di dalam dirinya sendiri maupun dalam lingkungan sosial sesuai dengan norma-norma yang ada tanpa menimbulkan konflik bagi dirinya maupun lingkungan.

Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai penyesuaian sosial, yaitu kesanggupan individu untuk dapat bereaksi secara efektif dan harmonis terhadap realitas sosial dan situasi sosialnya, serta bisa menjalin hubungan sosial yang sehat. Dalam melakukan proses penyesuaian diri, individu mengalami proses belajar yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk melakukan apa yang diinginkan oleh dirinya maupun lingkungannya karena manusia selalu mendambakan kondisi yang seimbang didalam memenuhi kebutuhan, dorongan, dan keinginan yang ada pada dirinya sesuai dengan norma-norma atau aturan yang berlaku di dalam masyarakat.


B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi Penyesuaian Diri

Kemampuan individu mengelola masalah atau konflik yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungannya, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hurlock (1997) mengemukakan ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam menyesuaikan diri, yaitu :
a. Tergantung dimana individu itu dibesarkan, yaitu kehidupan dalam keluarga dimana individu tersebut dibesarkan. Bila dalam keluarga dikembangkan perilaku sosial yang baik maka individu akan mendapatkan pengalaman perilaku sosial yang baik pula. Hal ini akan menjadi pedoman untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial yang baik di luar rumah.
b. Model yang diperoleh individu di rumah, terutama dari orangtuanya. Bila anak merasa ditolak oleh orangtuanya atau meniru perilaku orangtua yang menyimpang, maka anak akan cenderung mengembangkan kepribadian yang tidak stabil, agresif yang mendorong untuk melakukan perbuatan menyimpang ketika dewasa.
c. Motivasi untuk belajar dilakukan penyesuaian diri dan sosial. Motivasi ini ditimbulkan dari pengalaman sosial awal yang menyenangkan, baik di rumah atau di luar rumah.
d. Bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar penyesuaian diri. Schneiders (1964) menyatakan bahwa faktor-aktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah :
a. Kondisi jasmani, meliputi pembawaan jasmaniah sejak lahir dan kondisi tubuh.
b. Perkembangan dan kematangan, meliputi kematangan intelektual, sosial, moral dan emosi.
c.  Determinan psikologis yang meliputi pengalaman-pengalaman, hasil belajar,kondisioning, determinan dini, frustasi dan konflik.
d. Kondisi lingkungan, yaitu rumah, keluarga dan sekolah.
e. Determinan kultur termasuk religi

 Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Faktor Internal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi : kondisi jasmani atau fisik, emosi, kematangan intelektual, moral dan religius, sosial, serta motivasi untuk belajar.
2. Faktor Eksternal. Yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan atau dari luar diri individu, meliputi kondisi lingkungan yaitu lingkungan rumah, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah, modelling dari orangtua.


C.    Penyesuaian Diri yang baik

Seseorang dikatakan mampu menyesuaikan diri apabila memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya dan tuntutan lingkungannya serta mampu mengatasi hambatan yang dihadapinya. Penyesuaian diri yang positif akan memberikan kepuasan lebih besar bagi kehidupan seseorang dan juga dapat mempelancar fungsi efektivitas psikis yang bermacam-macam seperti belajar, menentukan tujuan hidup, atau juga di dalam penyelesaian masalah.

Hal ini didukung dengan pendapat yang dikemukakan oleh Meichati (1983) keberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian diri menimbulkan perasaan puas, superior dan menumbuhkan rasa percaya diri. Unsur-unsur pendukung dalam penyesuaian diri antara lain yaitu kemampuan mengatasi tekanan kebutuhan, kemampuan yang layak untuk mengatasi frustasi dan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok. Kriteria Individu yang berhasil dalam mengadakan penyesuaian diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dapat memenuhi segala kebutuhannya tanpa harus melebih-lebihkan atau mengurangi kebutuhannya.
b. Tidak merugikan orang yang melakukan penyesuaian diri yang sama dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Mampu melakukan tanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggal.

Menurut Kartono (1981) salah satu ciri dari kepribadian yang sehat mentalnya adalah adanya kemampuan untuk mengadakan adjustment atau penyesuaian diri secara harmonis baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungannya.

Menurut Hurlock (1997) biasanya orang yang berhasil melakukan penyesuaian diri yang baik mengembangkan sikap sosial yang menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain. Hurlock juga mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai berikut:
a. Penampilan Nyata
Artinya bila perilaku sosial individu seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya, seperti memenuhi harapan kelompok maka akan dapat menjadi anggota yang diterima pada suatu kelompok.
b. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok Individu dapat menempatkan atau menyesuaikan dirinya dengan baik terhadap berbagai kelompok.
c. Memiliki Sikap Sosial
Individu harus menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipan sosial, dan terhadap perannya didalam kelompok sosial, bila ingin dinilai sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial.
d. Adanya Kepuasan Pribadi
Untuk dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, individu harus merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap perannya dalam situasi sosial, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.

Dari serangkaian pendapat para ahli di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa individu dikatakan mampu menyesuaikan diri secara baik jika individu dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan tuntutan dari lingkungan sekitarnya, serta mampu mengatasi segala hambatan yang dihadapi. Kriteria penyesuaian diri yang baik anfara lain, adanya penampilan nyata dari individu, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, memiliki sikap sosial, dan adanya kepuasan pribadi terhadap kontak sosial yang dilakukan.



Sumber: