Kamis, 28 Mei 2015

Analisis Video Psikoterapi

Terapi Bermain (Terapi Bermain Puzzle)   

Terapi bermain merupakan terapi yang digunakan untuk anak usia pra-sekolah (usia 3-5 tahun) yang dihospitalisasi (dirawat di rumah sakit karena terkena sakit atau luka yang mengharuskan dirawat). Ketika anak berusia 3-5 tahun, disitulah masa-masa bermain mereka, di mana mereka bisa bebas bergerak, melakukan atau bermain apa saja yang mereka mau, meluapkan emosi mereka, serta perkembangan motorik kasar mereka. Namun ketika mereka dirawat dan mengharuskan banyak istirahat yang artinya tidak boleh banyak bergerak, di situ lah mereka kehilangan kebebasan bermainnya. Kemudian karena hal itulah mereka bisa menjadi cemas bahkan stres. Maka di sini, terapi bermain lah yang paling cocok bagi anak usia pra-sekolah usia 3-5 tahun yang di hospitalisasi, agar mereka tidak kehilangan masa bermain mereka, serta kemampuan kognitif dan perkembangan motoriknya pun dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Pengertian Terapi Bermain
Landreth (2001) berpendapat bahwa bermain sebagai terapi merupakan salah satu sarana yang digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya, sebab bagi anak bermain adalah simbol verbalisasi.
Terapi bermain dapat dilakukan didalam ataupun diluar ruangan. Terapi yang dilakukan didalam ruangan sebaiknya dipersiapkan dengan baik terutama dengan alat-alat permainan yang akan digunakan.

Tujuan Terapi Bermain
Tujuan terapi bermain adalah:
1.      Menciptakan suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka.
2.   Memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi masalah mereka.
3.      Memberi kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.

Materi Bermain
Materi bermain dalam terapi bermaian dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1.   Mainan untuk memudahkan ekspresi, Mainan adalah kata-kata anak-anak dan bermain adalah bahasa mereka. Oleh karena itu dalam terapi bermain harus tersedia mainan yang memudahkan anak untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Misalnya keluarga boneka manusia, keluarga boneka binatang, mobil, truk, bis dll
2.      Mainan yang mendorong kreativitas, Beberapa mainan, sudah menjadi sifat dasarnya mendorong kreativitas. Sebuah kotak di pojok bisa menjadi rumah. Contoh lain seperti krayon, malam, kertas lipat, balok kayu dll.
3.  Mainan untuk menyalurkan emosi, Anak dapat menggunakan cat, pasir, tanah liat untuk menyalurkan perasaannya yang kuat dimana dia tidak berani mengkomunikasikan dengan lebih terbuka.
4.   Mainan yang dapat mengekspresikan sifat agresi, Mainan senjata, pisau karet, pedang plastik, perisai dari kayu, palu, catut menggambarkan kepada anak suatu arti yang mengekspresikan permusuhan dan agresif. Menembak, menusuk, memukul, dan meninju dengan keras adalah ekspresi simbolik dari kemarahan, dan jika diberi kebebasan bermain akan memberikan terapeutik katarsis, konsentrasi dan koordinasi.

Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain
LaBauve, dkk (2001) macam-macam model dalam terapi bermain adalah :
1.   Model Adlerian, digunakan untuk anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam mempercayai gaya hidupnya.
2.     Model Terapi Client-Centered, untuk anak-anak yang mengalami ketidaksesuaian antara kejadian hidup dengan dirinya.
3.   Model Kognitif-Behavioral, digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan irrasional yang membawanya keluar dari perilaku maladaptif.
4.      Model Ekosistemik,, dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas
5.  Model Eksistensialisme, untuk menangani anak-anak yang mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan keunikannya yang melemahkan pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya.
6.      Model Gestalt, untuk terapi anak yang mengalami kesulitan bertumbuh secara alami
7.     Model Jungian, digunakan untuk membantu anak yang mengalami ketidakseimbangan psikis, ego tidak dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam dirinya.
8.    Model Psikoanalitik, untuk anak yang mengalami konflik internal, kekawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan agresivitas.

-ANALISIS-
(Isi dalam video)
Video ini merupakan ilustrasi/gambaran/peragaan dari terapi bermain anak usia pra-sekolah 3-5 tahun. Dalam video ini terapi yang digunakan adalah terapi bermain dengan menggunakan puzzle (bergambar Shaun The Sheep). Modelnya adalah siswa siswi yang berjumlah lima orang, empat perempuan ada yang berperan sebagai anak, kaka perempuan dari anak tersebut, dan dua orang lagi sebagai perawat, serta satu orang laki-laki tadi berperan sebagai ayah dari anak tersebut, yang berasal dari suatu sekolah menengah atas. Peragaan atau role play ini dilakukan di sebuah ruangan seperti ruangan kamar di rumah sakit. Terapi ini dilakukan selama 30 menit dan bertujuan untuk merangsang kecerdasan.
Dalam video ini si anak yang berjenis kelamin perempuan sedang dalam perawatan atau rawat inap di rumah sakit. Dia ditemani oleh ayah dan kaka perempuannya. Ketika mereka sedang bersantai, ada dua orang perawat yang masuk ke dalam ruang rawat tersebut dan memberitahu kepada ayahnya mengenai adanya terapi bermain puzzle, dan perawat tersebut meminta ayanya untuk membujuk anaknya untuk mau melakukan terapi bermain puzzle, dengan ditemani kaka perempuannya. Kemudian anak tersebut bresedia dan mulai menyusun puzzle bergambar shaon the ship yang diberikan oleh si perawat. Saat menyusun puzzle si anak diarahkan dan didampingi oleh dua orang perawat dan kaka perempuanya. Ketika si anak bingung atau salah meletakkan potongan puzzle, kaka perempuannya pun ikut membantunya dengan memberi tahu untuk mencocokan warnanya dari puzzlenya agar sesuai dan berhubungan. Ditengah-tenngah terapi si anak mulai bosan dan tidak mau menyelesaikan permainan puzzle tersebut. Lalu salah satu perawat membujuk dengan cara , jika si anak bisa dan mau menyelesaikan puzzle, maka anak akan diberi hadiah berupa buku gambar dan pensil warna. Tidak lama setelah itu anak melanjutkan permainan puzzlenya hingga selesai. Dan perawat memberikan perawatnya, serta meninggalkan puzzle untuk si anak, agar puzzle tersebut bisa dimainkan bersama kaka perempuannya tanpa harus ada ataupun didampingi oleh perawat. Setelah itu perawat mengkonfirmasi pada si ayah bahwa terapi bermain puzzlenya telah selesai dan hasilnya kemampuan si anak dalam menyusun puzzle cukup baik. Lalu ayahnya berkata kepada perawat sepertinya anaknya malu, lalu perawatnya menjawab bahwa anak usia prasekolah pada umumnya memang cenderung malu dan takut jika ada orang baru dan mendampinginya. Kemudian ayahnya bertanya lagi apakah ada treapi lainnya lagi, si perawat menjawab bahwa ada lagi terapi selain terapi bermain puzzle ini selama si anak di rawat di rumah sakit tersebut sesuai dengan jadwal yang tealh ditentukan. Kemudian kedua perawat tersebut pun pamit.
Kesimpulan dari video ini adalah sebagai berikut:
Di dalam video ini disebutkan bahwa terapi bermain merupakan unsur yang penting bagi anak dalam perkembangan mental, fisik, sosial, dan emosional pada anak yang dihospitalisasi (dalam keadaan dirawat di rumah sakit). Terapi ini dapat meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan membantu dalam perkembangan imajinasi. Pada anak preschool, umumnya pada perkembangan motorik halusnya sudah baik dalam komunikasi verbal maupun non verbalnya. Maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksakan program terapi bermain puzzle, karena dengan terapi bermain puzzle akan membuat anak lebih relaks. Alasan lainnya karena anak lebih kooperatif dan memungkinkan untuk diajak bermain. Selain itu permainan puzzle bergambar pada usia preschool yaitu untuk mengembangkan motorik halus untuk intelektual, untuk melatih kemampuan kognitif serta untuk melatih kemampuan berbahasa.
Pembahasan atau terapi bermain yang berada dalam role play video ini bisa dikaitkan atau ada hubungannya dengan teori perkembangan kognitif anak praoperasional dari Piaget, karena terapi bermain ini bertujuan untuk merangsang kecerdasan yang tentu saja berhubungan dengan kognitif, yang sangat sesuai dengan teori perkembangan kognitif anak praoperasional (usia 2-7 tahun) dari Piaget. Berikut penjelasan teori perkembangan kognitif anak praoperasional dari Piaget:
Jean Piaget menggambarkan masa kanak-kanak awal sebagai tahap praopersional (operational stage) dari perkembangan kognitif karena anak pada usia ini belum siap untuk melakukan operasi mental yang logis, yang mana baru bisa mereka lakukan pada saat mencapai tahap konkret operasional pada masa kanak-kanak tengah. Meskipun demikian, tahap praoperasional, yang berlangsung pada usia sekitar 2-7 tahun, ditandai oleh ekspansi yang besar dalam penggunaan pemikiran-pemikiran simbolis, atau kemampuan representasi yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotorik. Lalu kemajuan dalam simbolis diiringi dengan tumbuhnya pemahaman mengenai ruang, hubungan sebab-akibat, identitas, dan angka. Beberapa pemahaman ini sudah ada pada masa bayi dan batita; sebagian lain mulai berkembang pada masa kanak-kanak awal tetapi belum tumbuh sempurna sampai masa kanak-kanak tengah. Adapun kemajuan-kemajuan kognitif selama masa kanak-kanak awal, yaitu: penggunaan simbol-simbol, pemahaman identitas, pemahaman sebab-akibat, kemampuan mengklasifikasikan, pemahaman terhadap angka, empati, dan teori tentang pikiran.


Daftar pustaka:
Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. (2008). Human development: Perkembangan manusia. New York: McGraw-Hill.
Zellawati, Alice. (2011). Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak. Majalah Ilmiah Informatika, Vol.2 No. 3.
Ariani, Yayu. (2014). Terapi bermain puzzle pada anak (Stikes Saru Mulia Banjarmasin Angkatan IV Kelas A). https://www.youtube.com/watch?v=iyJ3fd2Z8l0 (diakses pada: Selasa, 26 Mei 2015, pukul: 13:29).


Anggota kelompok:
     - Gitta Gusty Putri
     - Molic Nur F. S.