A.
Pengertian Penyesuaian Diri
Manusia
merupakan makhluk sosial yang artinya adalah tidak dapat hidup sendiri atau
membutuhkan orang lain. Maka dari itu setiap manusia pasti akan melakukan
interaksi dengan sesama maupun dengan lingkungannya agar dapat diterima.
Sebelum interaksi itu terjadi terlebih dahulu manusia akan melakukan adaptasi
atau penyesuaian diri. Dalam istilah psikologi, penyesuaian (adaptation dalam
istilah Biologi) disebut dengan istilah adjustment. Davidoff (Mujiono, 2010:
47), adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk mencari titik temu
antara kondisi diri.
Menurut
Schneiders (dalam Yusuf, 2008) merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku
individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan
frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga tercapai
keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan
lingkungan. Schneiders mengemukakan (dalam Yusuf, 2008) faktor-faktor yang
mempengaruhi penyesuaian diri, yaitu keadaan fisik (physical conditions);
perkembangan dan kematangan (development and maturation); kondisi psikologis
(psychological determinants) yang meliputi pengalaman, pendidikan, konsep diri;
keadaan lingkungan (environmental conditions) meliputi sekolah, rumah, dan
keluarga; dan tingkat religiusitas dan kebudayaan (cultural and religion).
Menurut
Woodworth (Soetarno,1994) pada dasarnya manusia senantiasa berusaha
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menyesuaikan diri disini ada dua macam
:
1.
Secara autoplastic.
Yaitu
mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungannya. Penyesuaian ini bersifat
pasif karena aktivitas atau kegiatan yang dilakukan ditentukan oleh lingkungan.
2.
Secara alloplastic.
Yaitu
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri.
Penyesuaian ini bersifat aktif karena aktivitas individu mempengaruhi
lingkungannya.
Menurut Callhoun dan
Acocella (dalam Sobur, 2003), penyesuaian dapat didefenisikan sebagai interaksi
individu yang kontinu dengan diri individu sendiri, dengan orang lain, dan
dengan dunia individu.
Menurut Hurlock (1997)
penyesuaian diri diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan
diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya.
Menurut Davidoff (1991)
penyesuaian diri atau adjustment itu sendiri merupakan suatu proses untuk
mencari titik temu kondisi diri dan tuntutan lingkungan. Manusia dituntut
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, kejiwaan dan lingkungan alam.
(http://www.e-psikologi.com). Kartono (1981) juga berpendapat bahwa penyesuaian
diri merupakan usaha untuk mencapai satu integrasi dan keseimbangan atau
equilibrium batin.
Dari serangkaian pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu dalam menghadapi
tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri individu
sehingga tercapai kesesuaian antara diri individu dengan lingkungan fisik dan
psikis demi memenuhi kebutuhan diri dengan baik dan merupakan kemampuan
individu untuk berinteraksi dengan situasi di dalam dirinya sendiri maupun
dalam lingkungan sosial sesuai dengan norma-norma yang ada tanpa menimbulkan
konflik bagi dirinya maupun lingkungan.
Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai
penyesuaian sosial, yaitu kesanggupan individu untuk dapat bereaksi secara
efektif dan harmonis terhadap realitas sosial dan situasi sosialnya, serta bisa
menjalin hubungan sosial yang sehat. Dalam melakukan proses penyesuaian diri, individu
mengalami proses belajar yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk
melakukan apa yang diinginkan oleh dirinya maupun lingkungannya karena manusia
selalu mendambakan kondisi yang seimbang didalam memenuhi kebutuhan, dorongan,
dan keinginan yang ada pada dirinya sesuai dengan norma-norma atau aturan yang
berlaku di dalam masyarakat.
B. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Penyesuaian Diri
Kemampuan individu mengelola masalah atau konflik
yang dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan dari
lingkungannya, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hurlock (1997) mengemukakan
ada empat faktor yang mempengaruhi keberhasilan individu dalam menyesuaikan
diri, yaitu :
a.
Tergantung dimana individu itu dibesarkan, yaitu kehidupan dalam keluarga dimana
individu tersebut dibesarkan. Bila dalam keluarga dikembangkan perilaku sosial
yang baik maka individu akan mendapatkan pengalaman perilaku sosial yang baik
pula. Hal ini akan menjadi pedoman untuk melakukan penyesuaian diri dan sosial
yang baik di luar rumah.
b.
Model yang diperoleh individu di rumah, terutama dari orangtuanya. Bila anak merasa
ditolak oleh orangtuanya atau meniru perilaku orangtua yang menyimpang, maka
anak akan cenderung mengembangkan kepribadian yang tidak stabil, agresif yang
mendorong untuk melakukan perbuatan menyimpang ketika dewasa.
c.
Motivasi untuk belajar dilakukan penyesuaian diri dan sosial. Motivasi ini ditimbulkan
dari pengalaman sosial awal yang menyenangkan, baik di rumah atau di luar
rumah.
d.
Bimbingan dan bantuan yang cukup dalam proses belajar penyesuaian diri. Schneiders
(1964) menyatakan bahwa faktor-aktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah
:
a. Kondisi
jasmani, meliputi pembawaan jasmaniah sejak lahir dan kondisi tubuh.
b.
Perkembangan dan kematangan, meliputi
kematangan intelektual, sosial, moral dan emosi.
c. Determinan psikologis yang meliputi
pengalaman-pengalaman, hasil belajar,kondisioning, determinan dini, frustasi
dan konflik.
d.
Kondisi lingkungan, yaitu rumah, keluarga
dan sekolah.
e.
Determinan kultur termasuk religi
Berdasarkan
pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri individu
dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.
Faktor Internal. Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi :
kondisi jasmani atau fisik, emosi, kematangan intelektual, moral dan religius, sosial,
serta motivasi untuk belajar.
2.
Faktor Eksternal. Yaitu faktor-faktor yang berasal dari lingkungan atau dari
luar diri individu, meliputi kondisi lingkungan yaitu lingkungan rumah,
lingkungan keluarga, dan lingkungan sekolah, modelling dari orangtua.
C. Penyesuaian
Diri yang baik
Seseorang dikatakan mampu menyesuaikan diri apabila
memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya dan tuntutan
lingkungannya serta mampu mengatasi hambatan yang dihadapinya. Penyesuaian diri
yang positif akan memberikan kepuasan lebih besar bagi kehidupan seseorang dan
juga dapat mempelancar fungsi efektivitas psikis yang bermacam-macam seperti
belajar, menentukan tujuan hidup, atau juga di dalam penyelesaian masalah.
Hal ini didukung dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Meichati (1983) keberhasilan individu dalam melakukan penyesuaian diri
menimbulkan perasaan puas, superior dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Unsur-unsur pendukung dalam penyesuaian diri antara lain yaitu kemampuan
mengatasi tekanan kebutuhan, kemampuan yang layak untuk mengatasi frustasi dan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang cocok. Kriteria Individu yang berhasil
dalam mengadakan penyesuaian diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Dapat memenuhi segala kebutuhannya tanpa harus melebih-lebihkan atau mengurangi
kebutuhannya.
b.
Tidak merugikan orang yang melakukan penyesuaian diri yang sama dalam memenuhi
kebutuhannya.
c.
Mampu melakukan tanggung jawab terhadap lingkungan tempat tinggal.
Menurut Kartono (1981) salah satu ciri dari
kepribadian yang sehat mentalnya adalah adanya kemampuan untuk mengadakan adjustment
atau penyesuaian diri secara harmonis baik terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungannya.
Menurut Hurlock (1997) biasanya orang yang berhasil
melakukan penyesuaian diri yang baik mengembangkan sikap sosial yang
menyenangkan, seperti kesediaan untuk membantu orang lain. Hurlock juga
mengemukakan beberapa kriteria penyesuaian diri yang baik, yaitu sebagai
berikut:
a.
Penampilan Nyata
Artinya bila perilaku
sosial individu seperti yang dinilai berdasarkan standar kelompoknya, seperti
memenuhi harapan kelompok maka akan dapat menjadi anggota yang diterima pada
suatu kelompok.
b.
Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok Individu dapat menempatkan atau
menyesuaikan dirinya dengan baik terhadap berbagai kelompok.
c.
Memiliki Sikap Sosial
Individu harus
menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipan
sosial, dan terhadap perannya didalam kelompok sosial, bila ingin dinilai
sebagai orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik secara sosial.
d.
Adanya Kepuasan Pribadi
Untuk dapat
menyesuaikan diri dengan baik secara sosial, individu harus merasa puas
terhadap kontak sosialnya dan terhadap perannya dalam situasi sosial, baik
sebagai pemimpin maupun sebagai anggota.
Dari serangkaian pendapat para ahli di atas, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa individu dikatakan mampu menyesuaikan diri
secara baik jika individu dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan tuntutan
dari lingkungan sekitarnya, serta mampu mengatasi segala hambatan yang
dihadapi. Kriteria penyesuaian diri yang baik anfara lain, adanya penampilan nyata
dari individu, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, memiliki sikap
sosial, dan adanya kepuasan pribadi terhadap kontak sosial yang dilakukan.
Sumber: