Terapi Bermain (Terapi Bermain Puzzle)
Terapi bermain
merupakan terapi yang digunakan untuk anak usia pra-sekolah (usia 3-5 tahun)
yang dihospitalisasi (dirawat di rumah sakit karena terkena sakit atau luka
yang mengharuskan dirawat). Ketika anak berusia 3-5 tahun, disitulah masa-masa
bermain mereka, di mana mereka bisa bebas bergerak, melakukan atau bermain apa
saja yang mereka mau, meluapkan emosi mereka, serta perkembangan motorik kasar
mereka. Namun ketika mereka dirawat dan mengharuskan banyak istirahat yang
artinya tidak boleh banyak bergerak, di situ lah mereka kehilangan kebebasan
bermainnya. Kemudian karena hal itulah mereka bisa menjadi cemas bahkan stres. Maka
di sini, terapi bermain lah yang paling cocok bagi anak usia pra-sekolah usia 3-5
tahun yang di hospitalisasi, agar mereka tidak kehilangan masa bermain mereka,
serta kemampuan kognitif dan perkembangan motoriknya pun dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Pengertian Terapi Bermain
Landreth
(2001) berpendapat bahwa bermain sebagai terapi merupakan salah satu sarana
yang digunakan dalam membantu anak mengatasi masalahnya, sebab bagi anak
bermain adalah simbol verbalisasi.
Terapi
bermain dapat dilakukan didalam ataupun diluar ruangan. Terapi yang dilakukan
didalam ruangan sebaiknya dipersiapkan dengan baik terutama dengan alat-alat
permainan yang akan digunakan.
Tujuan Terapi Bermain
Tujuan
terapi bermain adalah:
1. Menciptakan
suasana aman bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri mereka.
2. Memahami
bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan sosial dan mengatasi
masalah mereka.
3. Memberi
kesempatan bagi anak-anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru.
Materi Bermain
Materi
bermain dalam terapi bermaian dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu:
1. Mainan
untuk memudahkan ekspresi, Mainan adalah kata-kata anak-anak dan bermain
adalah bahasa mereka. Oleh karena itu dalam terapi bermain harus tersedia
mainan yang memudahkan anak untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya.
Misalnya keluarga boneka manusia, keluarga boneka binatang, mobil, truk, bis
dll
2. Mainan
yang mendorong kreativitas, Beberapa mainan, sudah menjadi sifat dasarnya
mendorong kreativitas. Sebuah kotak di pojok bisa menjadi rumah. Contoh lain
seperti krayon, malam, kertas lipat, balok kayu dll.
3. Mainan
untuk menyalurkan emosi, Anak dapat menggunakan cat, pasir, tanah
liat untuk menyalurkan perasaannya yang kuat dimana dia tidak berani
mengkomunikasikan dengan lebih terbuka.
4. Mainan
yang dapat mengekspresikan sifat agresi, Mainan senjata, pisau karet,
pedang plastik, perisai dari kayu, palu, catut menggambarkan kepada anak suatu
arti yang mengekspresikan permusuhan dan agresif. Menembak, menusuk, memukul,
dan meninju dengan keras adalah ekspresi simbolik dari kemarahan, dan jika
diberi kebebasan bermain akan memberikan terapeutik katarsis, konsentrasi dan
koordinasi.
Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain
LaBauve,
dkk (2001) macam-macam model dalam terapi bermain adalah :
1. Model
Adlerian, digunakan untuk anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial
dan salah dalam mempercayai gaya hidupnya.
2. Model
Terapi Client-Centered, untuk anak-anak yang mengalami ketidaksesuaian
antara kejadian hidup dengan dirinya.
3. Model
Kognitif-Behavioral, digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan
irrasional yang membawanya keluar dari perilaku maladaptif.
4. Model
Ekosistemik,, dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas
5. Model
Eksistensialisme, untuk menangani
anak-anak yang mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan keunikannya
yang melemahkan pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan dalam menjalin
hubungan dengan teman-temannya.
6. Model
Gestalt, untuk terapi anak yang mengalami kesulitan bertumbuh secara alami
7. Model
Jungian, digunakan untuk
membantu anak yang mengalami ketidakseimbangan psikis, ego tidak dapat
menjebatani antara dunia luar dan dalam dirinya.
8. Model
Psikoanalitik, untuk anak yang mengalami konflik internal, kekawatiran,
represi, hambatan perkembangan, dan agresivitas.
-ANALISIS-
(Isi dalam video)
Video ini merupakan
ilustrasi/gambaran/peragaan dari terapi bermain anak usia pra-sekolah 3-5
tahun. Dalam video ini terapi yang digunakan adalah terapi bermain dengan
menggunakan puzzle (bergambar Shaun The Sheep). Modelnya adalah siswa siswi yang
berjumlah lima orang, empat perempuan ada yang berperan sebagai anak, kaka
perempuan dari anak tersebut, dan dua orang lagi sebagai perawat, serta satu
orang laki-laki tadi berperan sebagai ayah dari anak tersebut, yang berasal dari
suatu sekolah menengah atas. Peragaan atau role
play ini dilakukan di sebuah ruangan seperti ruangan kamar di rumah sakit. Terapi
ini dilakukan selama 30 menit dan bertujuan untuk merangsang kecerdasan.
Dalam video ini si anak
yang berjenis kelamin perempuan sedang dalam perawatan atau rawat inap di rumah
sakit. Dia ditemani oleh ayah dan kaka perempuannya. Ketika mereka sedang
bersantai, ada dua orang perawat yang masuk ke dalam ruang rawat tersebut dan
memberitahu kepada ayahnya mengenai adanya terapi bermain puzzle, dan perawat
tersebut meminta ayanya untuk membujuk anaknya untuk mau melakukan terapi
bermain puzzle, dengan ditemani kaka perempuannya. Kemudian anak tersebut
bresedia dan mulai menyusun puzzle bergambar shaon the ship yang diberikan oleh
si perawat. Saat menyusun puzzle si anak diarahkan dan didampingi oleh dua orang
perawat dan kaka perempuanya. Ketika si anak bingung atau salah meletakkan
potongan puzzle, kaka perempuannya pun ikut membantunya dengan memberi tahu
untuk mencocokan warnanya dari puzzlenya agar sesuai dan berhubungan.
Ditengah-tenngah terapi si anak mulai bosan dan tidak mau menyelesaikan
permainan puzzle tersebut. Lalu salah satu perawat membujuk dengan cara , jika
si anak bisa dan mau menyelesaikan puzzle, maka anak akan diberi hadiah berupa
buku gambar dan pensil warna. Tidak lama setelah itu anak melanjutkan permainan
puzzlenya hingga selesai. Dan perawat memberikan perawatnya, serta meninggalkan
puzzle untuk si anak, agar puzzle tersebut bisa dimainkan bersama kaka
perempuannya tanpa harus ada ataupun didampingi oleh perawat. Setelah itu
perawat mengkonfirmasi pada si ayah bahwa terapi bermain puzzlenya telah
selesai dan hasilnya kemampuan si anak dalam menyusun puzzle cukup baik. Lalu
ayahnya berkata kepada perawat sepertinya anaknya malu, lalu perawatnya
menjawab bahwa anak usia prasekolah pada umumnya memang cenderung malu dan
takut jika ada orang baru dan mendampinginya. Kemudian ayahnya bertanya lagi
apakah ada treapi lainnya lagi, si perawat menjawab bahwa ada lagi terapi
selain terapi bermain puzzle ini selama si anak di rawat di rumah sakit
tersebut sesuai dengan jadwal yang tealh ditentukan. Kemudian kedua perawat
tersebut pun pamit.
Kesimpulan dari video
ini adalah sebagai berikut:
Di
dalam video ini disebutkan bahwa terapi bermain merupakan unsur yang penting
bagi anak dalam perkembangan mental, fisik, sosial, dan emosional pada anak
yang dihospitalisasi (dalam keadaan dirawat di rumah sakit). Terapi ini dapat
meningkatkan kecerdasan dalam berfikir dan membantu dalam perkembangan
imajinasi. Pada anak preschool,
umumnya pada perkembangan motorik halusnya sudah baik dalam komunikasi verbal
maupun non verbalnya. Maka dengan ini kami bermaksud untuk melaksakan program
terapi bermain puzzle, karena dengan terapi bermain puzzle akan membuat anak
lebih relaks. Alasan lainnya karena anak lebih kooperatif dan memungkinkan
untuk diajak bermain. Selain itu permainan puzzle bergambar pada usia preschool yaitu untuk mengembangkan
motorik halus untuk intelektual, untuk melatih kemampuan kognitif serta untuk
melatih kemampuan berbahasa.
Pembahasan
atau terapi bermain yang berada dalam role
play video ini bisa dikaitkan atau ada hubungannya dengan teori
perkembangan kognitif anak praoperasional dari Piaget, karena terapi bermain
ini bertujuan untuk merangsang kecerdasan yang tentu saja berhubungan dengan
kognitif, yang sangat sesuai dengan teori perkembangan kognitif anak
praoperasional (usia 2-7 tahun) dari Piaget. Berikut penjelasan teori
perkembangan kognitif anak praoperasional dari Piaget:
Jean
Piaget menggambarkan masa kanak-kanak awal sebagai tahap praopersional (operational stage) dari perkembangan
kognitif karena anak pada usia ini belum siap untuk melakukan operasi mental
yang logis, yang mana baru bisa mereka lakukan pada saat mencapai tahap konkret
operasional pada masa kanak-kanak tengah. Meskipun demikian, tahap
praoperasional, yang berlangsung pada usia sekitar 2-7 tahun, ditandai oleh
ekspansi yang besar dalam penggunaan pemikiran-pemikiran simbolis, atau
kemampuan representasi yang pertama kali muncul pada akhir tahap sensorimotorik.
Lalu kemajuan dalam simbolis diiringi dengan tumbuhnya pemahaman mengenai
ruang, hubungan sebab-akibat, identitas, dan angka. Beberapa pemahaman ini
sudah ada pada masa bayi dan batita; sebagian lain mulai berkembang pada masa
kanak-kanak awal tetapi belum tumbuh sempurna sampai masa kanak-kanak tengah. Adapun
kemajuan-kemajuan kognitif selama masa kanak-kanak awal, yaitu: penggunaan
simbol-simbol, pemahaman identitas, pemahaman sebab-akibat, kemampuan
mengklasifikasikan, pemahaman terhadap angka, empati, dan teori tentang
pikiran.
Daftar pustaka:
Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. (2008). Human development: Perkembangan manusia.
New York: McGraw-Hill.
Zellawati, Alice. (2011). Terapi bermain untuk mengatasi
permasalahan pada anak. Majalah Ilmiah
Informatika, Vol.2 No. 3.
Ariani, Yayu. (2014). Terapi bermain puzzle pada anak (Stikes
Saru Mulia Banjarmasin Angkatan IV Kelas A). https://www.youtube.com/watch?v=iyJ3fd2Z8l0
(diakses pada: Selasa, 26 Mei 2015, pukul: 13:29).
Anggota kelompok:
- Gitta Gusty Putri
- Molic Nur F. S.