Pencemaran udara akibat kendaraan
bermotor saat ini semakin memprihatinkan. Jumlah kendaraan bermotor di
Indonesia bertambah rata-rata 12% per tahun dalam kurun waktu 2000-2003.
Sementara itu, pertumbuhan kendaraan penumpang dan komersial diproyeksikan
mencapai berturut-turut 10% dan 15% per tahun antara tahun 2004-2006. Pada
tahun 2004, total penjualan kendaraan penumpang adalah 312.865 unit, sedangkan
kendaraan komersial (bus dan truk) mencapai 170.283 unit. Pada akhir tahun 2005
dan selama tahun 2006 jumlah penjualan kendaraan penumpang dan komersial
diperkirakan mencapai 550.000 dan 600.000 unit.
Perkiraan persentase pencemar udara
di Indonesia dari sumber transportasi dapat dilihat pada tabel berikut:
No
|
Komponen Pencemar
|
Persentase
|
1
|
CO
|
70,50%
|
2
|
NOx
|
8,89%
|
3
|
SOx
|
0,88%
|
4
|
HC
|
18,34%
|
5
|
Partikel
|
1,33%
|
Total
|
100%
|
Sumber: Wardhana (2004). Dampak
Pencemaran Lingkungan
Karbon Monoksida (CO)
CO adalah suatu gas yang tak
berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan
pada suhu dibawah -1920C. Gas CO sebagian besar berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Selain itu, gas
CO dapat pula terbentuk karena aktivitas industri. Sedangkan secara alamiah,
gas CO terbentuk sebagai hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan
lain-lain walaupun dalam jumlah yang sedikit (Wardhana, 2004).
CO
yang terdapat di alam terbentuk melalui salah satu reaksi berikut:
- Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
- Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.
- Penguraian CO2 menjadi CO dan O. Berbagai proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi CO, misalnya aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas alami, dan lain-lain. Sumber CO lainnya yaitu dari proses pembakaran dan industri (Fardiaz, 1992).
Menurut Kurniawan, sebagian besar
gas CO yang ada diperkotaan berasal dari kendaraan bermotor (80%) dan ini
menunjukkan korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas dan kegiatan
lain yang ikut sebagai penyumbang gas CO di atmosfer (Sugiarta, 2008). Hasil
penelitian tersebut ditegaskan oleh penelitian yang dilakukan Sastranegara yang
menyatakan hal serupa dan menekankan bahwa semakin lama rotasi atau putaran
roda kendaraan per menit, semakin besar kadar CO yang diemisikan.
Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut
dengan NOx karena oksida nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda,
yaitu gas NO2 dan gas NO (Wardhana, 2004). Walaupun ada bentuk
oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui
sebagai bahan pencemar udara. Nitrogen dioksida (NO) berwarna coklat kemerahan
dan berbau tajam. Reaksi pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi
dalam jumlah relatif kecil, meskipun dengan adanya udara berlebih. Kecepatan
reaksi ini dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO. Pada suhu yang lebih
tinggi, kecepatan reaksi pembentukan NO2 akan berjalan lebih lambat.
Selain itu, kecepatan reaksi pembentukan NO2 juga dipengaruhi oleh
konsentrasi oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika konsentrasi
NO bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi akan naik empat kali.
Namun, jika konsentrasi NO berkurang setengah, maka kecepatan reaksi akan turun
menjadi seperempat (Fardiaz, 1992).
Nitrogen monoksida (NO) tidak
berwarna, tidak berbau, tidak terbakar, dan sedikit larut di dalam air (Sunu,
2001). NO terdapat di udara dalam jumlah lebi besar daripada NO. Pembentukan NO
dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara
sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2(Depkes).
Kadar NOx di udara daerah perkotaan
yang berpenduduk padat akan lebih tinggi dibandingkan di pedesaan karena
berbagai macam kegiatan manusia akan menunjang pembentukan NOx, misalnya
transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain.
Namun, pencemar utama NOx berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan bakar
gas alam (Wardhana, 2004).
Selain itu, kadar NOx di udara dalam
suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar matahari
dan aktivitas kendaraan bermotor. Dari perhitungan kecepatan emisi NO diketahui
bahwa waktu tinggal rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 hari,
sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari dan gas ini bersifat akumulasi di
udara yang bila tercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam
(Sugiarta, 2008).
Belerang Oksida (Sox)
Ada dua macam gas belerang oksida
(SOx), yaitu SO2 dan SO3 . Gas SO2 berbau
tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3 sangat reaktif.
Konsentrasi SO2 di udara mulai terdeteksi oleh indra penciuman
manusia ketika konsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas hasil pembakaran
umumnya mengandung lebih banyak SO2 daripada SO3.
Pencemaran SO di udara terutama berasal dari pemakaian batubara pada kegiatan
industri, transportasi dan lain sebagainya (Wardhana, 2004).
Pada dasarnya semua sulfur yang
memasuki atmosfer diubah dalam bentuk SO2 dan hanya 1-2% saja
sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara berasal dari sumber
alamiah maupun sumber buatan. Sumber alamiah adalah gunung berapi, pembusukan
bahan organik oleh mikroba, dan reduksi sulfat secara biologis. Proses
pembusukan akan menghasilkan H2S yang akan berubah menjadi SO.
Sedangkan sumber SO2 buatan yaitu pembakaran bahan bakar minyak,
gas, dan terutama batubara yang mengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005).
Pabrik peleburan baja merupakan
industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan adanya elemen
penting alami dalam bentuk garam sulfida misalnya tembaga (CUFeS2
dan CU2S), zink (ZnS), merkuri (HgS) dan timbal (PbS). Kebanyakan
senyawa logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida
menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan
yang tidak dikehendaki di dalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan
sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam akhirnya.
Oleh karena itu, SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping
dalam industri logam dan sebagian akan terdapat di udara (Depkes).
Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon terdiri dari elemen
hidrogen dan karbon. HC dapat berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin
tinggi jumlah atom karbon pembentuk HC, maka molekul HC cenderung berbentuk
padatan. HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan
lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam kabut
minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat dan akhirnya
menggumpal menjadi debu (Depkes).
Sumber HC antara lain transportasi,
sumber tidak bergerak, proses industri dan limbah padat. HC merupakan sumber
polutan primer karena dilepaskan ke udara secara langsung. Molekul ini
merupakan sumber fotokimia dari ozon. Bila pencemaran udara oleh HC disertai
dengan pencemaran oleh nitrogen oksida (NOx), maka akan terbentuk Peroxy Acetyl
Nitrat dengan bantuan oksigen (Sunu, 2001).
Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang
dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel
dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang berbentuk
padatan (Mulia, 2005). Partikel merupakan campuran yang sangat rumit dari
berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter
yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron.
Partikel debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam
keadaan melayang-layang di udara dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernafasan. Partikel pada umumnya mengandung berbagai senyawa kimia
yang berbeda dengan berbagai ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung
dari mana sumber emisinya (Depkes).
Berbagai proses alami yang
menyebabkan penyebaran partikel di atmosfer, misalnya letusan vulkano dan
hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam
penyebaran partikel, misalnya dalam bentuk partikel- partikel debu dan asbes
dari bahan bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari
proses pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber partikel
yang utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari sumbernya diikuti oleh
proses-proses industri (Fardiaz, 1992).
Komentar saya
Semakin lama semakin bertambahnya
tahun di Negara Indonesia semakin banyak kendaraan bermotor seperti mobil dan motor.
Pada zaman modern ini kebutuhan akan kendaraan bermotor semakin meningkat,
apalagi kebutuhan akan sepeda motor. Zaman sekarang kebanyakan orang lebih
memilih sepeda motor untuk berpergian seperti ke sekolah, ke pasar, ke tempat
bekerja, dan tempat lainnya. Apalagi di ibu kota Jakarta yang macet ini, orang
lebih memilih naik sepeda motor walaupun terkena singatan matahari, angin,
debu, dan polusi. Karena mereka merasa lebih efisien dengan menggunakan sepeda
motor, selain lebih cepat, dengan menggunakan sepeda motor akan lebih hemat
biaya transport. Tetapi justru hal inilah yang menyebabkan meningkatnya polusi
udara atau pencemaran udara. Karena setiap kendaraan bermotor akan mengeluarkan
gas yang beracun yang akan mengganggu pernapasan manusia atau menimbulkan
penyakit pada pernapasan manusia. Apalagi mesin kendaraan bermotor yang 2 tak,
selain menimbulkan suara yang bising, kendaraan yang menggunakan mesin 2 tak
akan mengeluarkan gas yang lebih berbahaya dari mesin 4 tak. Kalau hal ini
terus berlangsung, nantinya makin banyak manusia yang terkena penyakit,
terutama penyakit pernapasan seperti sesak napas, dan bias juga menimbulkan
penyakit lainnya.