Senin, 20 April 2015

Psikoterapi (Tugas 2)

Artikel 2
Terapi Humanistic Eksistensial


Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Meskipun tokoh-tokoh  psikologi humanistik memiliki pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka berpijak pada konsepsi fundamental yang sama mengenai manusia, yang berakar pada salah satu aliran filsafat modern, yaitu eksistensialisme. Eksistensialisme adalah hal yang mengada-dalam dunia (being-in-the-world) dan menyadari penuh akan keberadaannya (Koeswara, 1986 : 113). Eksistensialisme menolak paham yang menempatkan manusia semata-mata sebagai hasil bawaan ataupun lingkungan. Sebaliknya, para filsuf eksistensialis percaya bahwa setiap individu memiliki kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya, dalam hal ini “pilihan” menjadi evaluasi tertinggi dari tindakan yang akan diambil oleh seseorang.
Teori eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Pendekatan Eksistensial-humanistik berfokus pada diri manusia. Pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia. Pendekatan Eksistensial-Humanistik dalam konseling menggunakan sistem tehnik-tehnik yang bertujuan untuk mempengaruhi konseli. Pendekatan terapi eksistensial-humanistik bukan merupakan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
Humanistik berkembang karena aliran psikoanalisis dan behavioris dinilai terlalu deterministik dan mekanistik. Humanistik memandang manusia sebagai makhluk rasional, bertujuan, otonom, kreatif, dan mampu mencapai insight terhadap realita.
Terdapat asumsi dasar humanistik:
1.      Manusia pada dasarnya baik.
2.      Manusia memilikifree will.
3.      Setiap manusia itu unik dan memiliki dorongan dasar untuk mencapai aktualisasi diri.
Dasar dari terapi Humanistik adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecenderungan alami dalam pertumbuhan dan pewujudan dirinya. Salah satu pedekatan yang dikenal dalam terapi Humanistik ini adalah terapi yang berpusat kepada klien atau Client-Centered Therapy.


Daftar Pustaka
Feist, Jess dan Feist, Gregory. (2010). Teori kepribadian. New York: Salemba Humanika
Gerald, Corey. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama
Lubis, Lumongga Namora. (2011). Memahami dasar-dasar konseling dalam teori dan praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Misiak, Henryk. (2005). Psikologi fenomenologi, eksistensial dan humanistik. Bandung: PT Rafika aditama
Semiun,Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Kanisius: Yogyakarta
Yusaini, Celo. (2014). Psikoterapi: Pendekatan eksistensial-humanistik. http://cleostudies.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/05_Pendekatan-eksistensialis-humanistik.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar